MEMETIK
MANGGA
Di siang hari yang
panas fajar dan kawan-kawannya pergi ke kebun milik neneknya yang tidak jauh
dari rumahnya. Disana mereka berniat untuk memetik buah mangga, karena di kebun
nenknya banyak buah mangga maka mereka langsung beraksi. Salah satu temannya
yang bernama Uum, bergegas mengambil tongkat yang di pergunakannya untuk
memetik buah mangga yang sangat tinggi. Sedangkan temannya yang bernama Aif
bersiap untuk memanjat pohon dan duduk di atas dahan pohon yang tidak terlalu
tinggi bersiap menerima tongkat dari Uum dan mulai memetik mangga satu persatu.
Sedangkan dia dan temannya yang lain menunggu di bawah untuk menagkap setiap
petikan buah mangga yang jatuh. Dan pada akhirnya…
“Aduh… sialan nih mangga nimpal kepala
ku! Sakit banget nih…!” keluh ana yang tertimpal buah mangga yang lumayan besar
di atas kepalanya.
“Hahahaha… rasain tuh makannya kalau mau
nangkep mangga yang serius jangan sambil telfon! Akhirnya kamu kena sialnya
kan?” ucap Uum sambil menertawakannya.
“Ya mungkin aku ketiban buah mangga. Itu
pertanda sebentar lagi aku dapat rejeki! Hehehehe..” ucap Ana dengan nada riang
“Bisa aja kamu. Masak iya? Yang ada
ketiban buah itu kena sial bukan dapat rejeki!” ucap Fajar menyangkal ucapan
Ana
“Bisa aja kan?” ucap Ana membela diri.
Tiba-tiba terdengar
teriakan Aif dari atas yang merasa pegal dan juga kesal karena sudah lama ia
memetik mangga tapi tidak ada satupun temannya yang menangkap mangga yang ia
petik.
“Woy… aku susah payah metik kalian pada
ribut. Mana nggak adayang nangkep mangganya. Liat tuh mangganya pada
bonyok-bonyok kayak gitu!” teriaknya marah.
“Hehehe… maaf ya if!” kompak serempak
mereka meminta maaf pada aif lalu memunguti mangga yang di petik aif.
Karena merasa mangga
yang Aif sudah banyak. Mereka memutuskan untuk pulang dan menyuruh Aif untuk
segera turun dari pohon.
“ Eh mangganya udah banyak nih!” teriak
Fajar pada kawan-kawannya.
“Iya
nih. If sebaiknya kamu turun!” teriak Uum pada Aif.
“Apa kamu mau di situ terus sampai
malam?” ledek Ana pada Aif.
“Iya bentar susah nih!” sahut Aif
sedikit kesal.
Setelah Aif turun dari
pohon mereka semua langsung pulang ke rumah Fajar untuk memakan mangga hasil
petikan ramai-ramai di rumah Fajar. Sesampainya di rumah Fajar mereka langsung
mencuci mangga-mangga dan mengambil pisau untuk kemudian dimakan bersama-sama.
Ketika mereka asyik memakan mangga di bawah pohon belimbing di depan rumah
Fajar tiba-tiba… “plukk” suara belimbing jatuh menimpa kepala Ana.
“Aduh… dari tadi kayaknya aku sial melulu
deh! Ada aja yang nimpa kepala ku. Yang mangga lah, belimbing lah, ntar
apalagi??” keluhnya kembali karena merasa sakit tertimpa 2x dalam 1 hari.
“Mungkin bentar lagi kamu bakal
kejatuhan kotoran burung!... hahahahaha….” Ucap Fajar dengan tawanya.
“Hahahahaha…” teman-teman yang lain ikut
tertawa.
“ya udah deh cepet habisin nih mangga.
Setelah selesai makan jangan langsung pulang ya! Bersihin dulu nih kulit mangga
yang ngotorin rumah ku!” ucap Fajar tegas.
“Iya.. bu..! hahahaha….” Jawab
teman-temannya dengan sangat kompak.
“Ibu? Emangnya aku ibu kalian? Enak
aja!” ucap Fajar ketus
“Iya iya.. gitu aja marah” ucap Uum
menyindir.
“Sudah-sudah jangan rebut terus” sahut
Aif mencoba menghentikan pembicaraan teman-temannya.
“Oh iya ntar malam kan ada istighosah di
sekolah?” ucap Ana mengingatkan.
“Setelah sholat isya kan?” Tanya Uum. “
Iya. An, ntar kita berangkat jam berapa?” jawab Fajar sembari bertanya kepada Ana
maklum aja karena rumah Ana dekat dengan rumah Fajar. Tinggal ngesot dikit aja
udah sampai. Sedangkan rumah yang paling jauh adalah rumah Uum.
“Jam setengah delapan aja deh. Ok?” ucap
Ana pada Fajar.
“Tapi ntar kalian mampir ke rumh ku dulu
ya? Soalnya aku nggak ada temennya pergi ke sana?” Aif memohon agar
teman-temannya ke rumahnya dulu sebelum ke sekolahan. Maklum aja rumah Aif
letaknya tidak jauh dari sekolahan.
“Emangnya Ninik kemana?” Tanya Ana heran
karena biasanya Aif berangkat bersama Ninik.
“Kayaknya dia berangkat bareng Sinta!”
tebaknya.
“Oh ya sudah kalau begitu ntar kita
berangkat bareng ya?” Tanya Fajar meyakinkan teman-temannya.
“iya…” teman-temannya menjawab kompak.
Setelah berbicara cukup
lama tentang acara nanti malam, mereka baru menyadari kalau mangga yang mereka
makan ternyata sudah habis tanpa sisa. Akhirnya mereka membereskan kulit-kulit
mangga yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah selesai mereka
pulang ke rumah masing-masing karena hari sudah makin sore. Malamnya mereka
pergi ke sekolah untuk menghadiri kegiatan istighosah bersama-sama. Tetapi
sesampainya disana, ternyata tidak ada siapa-siapa. Setelah salah satu dari
mereka menanyakannya pada Ninik lewat sms, Ninik bilang kegiatannya di undur
hari sabtu malam lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar